UNTUK pertama kalinya dengan perlahan-lahan aku membuka
mataku. Aku seperti baru saja terbangun dari tidur yang sangat panjang. Aku mencoba
bangkit dari tempat tidurku. Mataku melihat-lihat ke sekelilingku. Saat ini aku
berada di dalam ruangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Aku mengenakan
pakaian aneh berwarna merah muda. Selang infus terpasang di tangan kananku. Aku
kemudian menyadari bahwa aku sedang berada di sebuah ruangan perawatan di rumah
sakit.
Aku
benar-benar tidak bisa mengingat mengapa aku bisa di rawat di rumah sakit ini.
Aku bahkan tidak ingat siapa namaku. Aku benar-benar bingung. Aku tak bisa
mengingat apapun tentang diriku.
Saat
aku mencoba keras untuk mengingat identitasku, seorang perempuan berpakaian
putih membuka pintu dan masuk ke dalam sambil memegang papan dan bolpoint di
tangannya. Betapa terkejutnya perempuan itu ketika mendapati aku sudah sadarkan
diri. Ia pun keluar lagi dan memanggil dokter.
“Sepertinya
Anda mengalami amnesia,” ucap dokter yang sepertinya baru pertama kali kutemui,
ketika dia selesai memeriksa keadaanku. Dokter itu terlihat masih sangat muda
meskipun sepertinya lebih tua dariku. Wajahnya terlihat sangat tampan dan dilihat
dari raut mukanya sepertinya ia sudah sangat berpengalaman. “Tapi jangan
khawatir, ini sepertinya bukan amnesia yang bersifat permanen. Dalam beberapa
minggu, mungkin Anda akan mendapatkan semua ingatan masa lalu Anda kembali.”
Dokter tampan itu melemparkan senyum bersahabat padaku.
“Terima
kasih dokter. Tapi bila Anda tidak keberatan bisakah Anda memberitahu semua
informasi yang berhubungan dengan saya?” Aku benar-benar ingin tahu semua hal
yang menyangkut diriku. “Seperti nama saya, usia saya dan kenapa saya bisa
sampai masuk rumah sakit serta mengalami hilang ingatan?” tanyaku kepada dokter
tampan itu untuk bisa menjawab rasa keingintahuanku yang sudah sangat besar.
Tanpa
ragu dokter itu menjawab semua pertanyaan yang aku ajukan. “Nama Anda, Jasmine.
Jasmine Middlehart. Usia Anda 28 tahun. Anda masuk ke rumah sakit karena
mengalami kecelakaan lalu lintas seminggu yang lalu saat menuju tempat kerja
Anda dan sejak saat itu Anda koma,” ucap dokter itu dengan senyum yang menawan.
“Untunglah Anda bisa selamat dari keadaan kritis. Anda tak perlu khawatir, tidak
ada luka serius yang Anda alami. Luka
di kepala dan di kaki Anda sedang dalam masa penyembuhan.”
Setelah
mendengar semua informasi tentang diriku dari dokter itu. Aku kembali membaringkan
tubuhku dia atas kasur. Setiap jam dokter itu bolak-balik masuk kedalam
ruanganku untuk memeriksa keadaanku. Ketika dokter itu hendak memeriksa detak
jantungku dengan memengang pergelangan tanganku, entah perasaan aneh apa yang
muncul, tiba-tiba wajahku memerah. Tanpa alasan yang jelas, jantungku berdebar lebih
kencang dari sebelumnya saat stetoskop dokter itu ditempelkan di dadaku.
Kupikir
sepertinya aku telah jatuh cinta kepada dokter itu. Dokter itu benar-benar
tampan dan memesona. Hatiku merasa berbunga-bunga ketika menatap wajahnya
apalagi ketika tanpa sengaja pandangan kami saling teradu. Mata Biru kehijauannya
seperti Tom Cruise, hidung mancungnya seperti David Beckham, bibir dan
senyumannya menawan seperti Brad Pitt. Pandangan mataku kemudian berpindah pada
name tag yang terjepit pada jubah putih bersihnya dan aku membacanya: N. Roughford.
Roughford? Jadi Roughford adalah nama
belakang dokter itu. Nama itu benar-benar cocok untuknya. N? N untuk singkatan apa? Nath, Nigel atau Neal. Aku benar-benar
penasaran. Aku jadi ingin lebih mengenal pria itu lebih jauh lagi.
***
AKU
bertanya-tanya dalam hati, apakah ada anggota keluargaku yang menjenguk selama
aku terbaring tak sadarkan diri disini. Aku tak ingat apakah aku masih
mempunyai orang tua atau tidak, semuanya masih sangat buyar untuk dapat
kuingat.
Rasa
bosan mulai menerpaku karena sudah dua hari aku selalu di ruangan ini. Luka di
kaki dan kepalaku akibat kecelakaan rasa sakitnya sudah berkurang dari sebelumnya.
Aku mulai memberanikan diri bangun dari tempat tidur dan mencoba keluar dari
bangsal membosankan ini.
Aku
membuka perlahan pintu geser. Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri
sebelum aku yakin untuk keluar. Niatku hanya untuk berjalan-jalan sebentar saja
demi mengusir rasa bosan. Aku berjalan sedikit terpincang-pincang karena
pergelangan kaki kananku sedikit sakit saat digerakan, tapi aku mencoba
memaksakannya untuk tetap berjalan.
Saat
sedang berjalan di lorong, banyak sekali pasien, dokter dan suster yang
mondar-mandir di sekitarku, dan ketika aku hendak berbelok ke lorong sebelah
kanan, aku melihat dari kejauhan dokter tampan yang selalu memeriksaku. Dia
sepertinya sedang berjalan menuju kamar pasien dan tiba-tiba dari belakangnya
seorang suster yang sedang menggendong anak lelaki berumur sekitar 3 tahun yang
sedang menangis, memanggilnya. Aku bersembunyi di balik tembok dan
memperhatikan mereka.
“Dokter
Roughford, Derek dari tadi menangis terus tanpa henti. Sepertinya dia ingin
bersama dengan Anda,” ucap suster itu dengan sedikit gemetar. Anak kecil
bernama Derek itu mencoba melepaskan diri dari gendongan suster berambut pirang
itu dan meraih jubah putih Dokter Roughford. “Saya sudah mencoba menghiburnya,
namun tetap tak berhasil.”
Dokter
itu memberikan senyuman hangat pada anak itu dan kemudian merangkul bocah
tampan itu dari pangkuan suster. Derek kini di gendong oleh sang dokter.
Tangisan sang anak itupun kemudian berhenti setelah berada dalam gendongan
dokter itu. “Baiklah, Derek sekarang
biar aku yang mengurus. Terima kasih telah menjaganya. Sekarang kau boleh
kembali bertugas,” ucap Dokter Roughford kepada suster didepannya.
“Wah,
dia punya karisma sempurna seorang ayah,” ucapku di dalam hati. Kekagumanku
pada dokter itu semakin bertambah.
Sang
dokter itu pun mengajak anak kecil dipangkuannya berceloteh. “Yeah, karena Derek sudah berhenti
menangisnya. Dad, akan mengajak Derek
bermain sekarang,” seru dokter itu sambil memainkan tangan anak itu dan anak
itupun menggangguk senang. Mereka pun berlalu dari tempat mereka berdiri.
Dad? Apakah aku tidak salah dengar? Jadi anak itu adalah
anak dokter Roughford. Sekonyong-konyong tubuhku terasa lemas memikirkan hal
itu. Kupikir anak itu salah satu pasiennya, ternyata dia adalah anaknya. Dokter
tampan itu ternyata sudah menikah dan punya anak. Saat dokter itu memeriksa
keadaanku sebelumnya, aku tak menyadari keberadaan cincin kawin yang terpasang
di jari manis dokter itu. Aku hanya selalu terfokus pada wajah tampan dokter
itu.
Bodoh.
Aku benar-benar bodoh. Aku membenci diriku yang ternyata menyukai pria
beristri. Ini tak boleh berlanjut. Aku harus melupakan rasa sukaku pada dokter
itu. Perasaan semacam ini tidak boleh dibiarkan berkembang.
“JASMINE.”
Sebuah
suara wanita di belakangku memanggil namaku. Aku menoleh dan membalikkan
tubuhku. Aku melihat wajah wanita itu, sepertinya dia mengenalku. Tapi
sayangnya aku tak dapat mengenalinya.
Wanita
itu kelihatannya berprofesi sebagai pekerja kantoran dilihat dari pakaian yang
dia kenakan. Warna jas yang tertutup mantel tebal senada dengan warna rok ketat
yang menutupi pahanya itu memperlihatkan garis tegas seorang wanita karir.
“Kenapa
kau berada di rumah sakit? Apakah kau sakit?” Tanya wanita itu dengan rasa
ingin tahu yang bisa terlihat dari mimik muka penasaran yang ia perlihatkan.
“Apakah…
apakah kau mengenalku?”
“Apa
maksudmu Jesse?”
Jesse?
Apakah itu sebuah nama panggilan akrab? Aku seakan baru mendengar nama
panggilan itu.
Aku
kemudian menjelaskan semuanya pada wanita itu bahwa aku kehilangan ingatanku
akibat kecelakaan. Terlihat kekagetan di wajah wanita itu setelah mendengar
ceritaku. Ia pun kemudian menjelaskan tentang dirinya. Wanita itu bernama
Cassandra Teddfield, biasa di panggil Cassie olehku dan teman-teman yang
lainnya. Dia temanku sejak di SMA dan kami terakhir kali bertemu pada pesta
reuni setahun yang lalu. Karena ia harus tinggal di Itali mengikuti suaminya
yang bertugas di sana jadi kami tidak pernah saling bertemu sejak saat itu.
“Aku
benar-benar terkejut mendengar ceritamu Jesse. Aku heran kenapa Noah tidak
menceritakan tentang kejadian penting ini kepadaku. Padahal ia bisa saja
menelponku dan mengabarkan tentang hal sepenting ini,” ungkap Cassie. Kemudian
wajahnya terlihat tampak kesal. “Padahal dia tahu kita sudah berteman akrab.
Aku harus menegurnya untuk hal ini. Ini benar-benar sudah keterlaluan.”
“Noah?
Siapa Noah? Apakah aku mengenalnya?”
Wajah
Cassie terlihat lebih kaget lagi dan mulutnya menganga setelah mendengar
ucapanku barusan. “Ya, Ampun Jesse! Kau bahkan tak mengingat tentang Noah?”
Aku
menggelengkan kepalaku. Aku benar-benar tak mengingat pernah mendengar nama itu
sebelumnya.
“Dia
itu suami, Jesse. Apakah dia tidak menjengukmu
selama kau di sini?”
Aku
menggelengkan kembali kepalaku.
“Oh,
Jasmine Roughford sungguh malang sekali nasibmu! Suamimu sendiri tidak kau
ingat.”
Tunggu
sebentar… Roughford? Apa maksudnya
Cassie menyebutku dengan nama itu. Bukankah nama belakangku Middlehart.
“Kau
sepertinya salah menyebutkan namaku. Namaku Jasmine Middlehart dan bukannya
Jasmine Roughford,” ucapku mengoreksi ucapan Cassie.
“Jesse
sahabatku… Middlehart itu nama gadismu. Roughford itu nama belakang suamimu.
Dan kau menggunakannya sejak lima tahun lalu setelah kau menikah dengan Noah.
Tepatnya Noah Roughford.”
“Tapi,
Dokter Roughford sendiri yang mengatakan padaku bahwa namaku Jasmine
Middlehart--”
“Dokter
Roughford? Itu kan suamimu,” ucap Cassie memotong pembicaraanku. “Suamimu itu
seorang dokter dan dia bekerja di rumah sakit ini sebagai dokter spesialis
bedah.”
Apa
maksud semua ini? Aku bingung. Aku benar-benar tak mengerti dengan yang baru
saja Cassie jelaskan padaku. Apakah mungkin dokter Roughford itu suamiku. Tapi
kalau benar dia suamiku, kenapa dia tak mengatakannya padaku saat aku sadar
kemarin.
Otakku
tersendat tak bisa berpikir jernih lagi. Aku harus meminta penjelasan pada
dokter itu. Dan tanpa pikir panjang, aku berlari meninggalkan Cassie yang masih
tercengang tak percaya. Rasa sakit di kakiku aku abaikan dan aku mencoba
berlari sekuat tenaga.
***
NOAH
menjelaskan semuanya padaku. Dia tak ingin aku merasa stress berat karena
memikirkan keadaanku yang hilang ingatan dengan tidak menceritakan bahwa aku
sudah menikah dan dia adalah suamiku. Dia takut aku merasa syok dan kaget
setelah mengetahui hal itu. Noah
ingin aku bisa mengingat sendiri semua ingatan masa laluku termasuk kisah cinta
kami.
Seminggu
setelahnya, saat bangun dari tidur, aku mendapati diriku mengingat semua masa
laluku bahkan detail kecelakaan yang kualami saat itu bisa aku ingat dengan
sempurna. Rem mobil yang kukemudikan tidak berfungsi saat ditengah perjalananku
menuju kantor. Untuk menghindari tabrakan dengan mobil didepanku, aku
membanting stir ke kanan dan akhirnya aku menabrak pagar pembatas. Kepalaku
berdarah dan kakiku terjepit. Setelah itu aku tak sadarkan diri dan tak ingat
apapun.
Setelah
dipikirkan kembali ini benar-benar keadaan yang lucu. Aku bangun dari koma
dalam keadaan hilang ingatan dan aku mendapati diriku telah jatuh cinta pada
dokter tampan, padahal dokter itu adalah suamiku sendiri. Berarti aku sudah dua
kali jatuh cinta pada orang yang sama. Aku
merasa beruntung memiliki suami seperti dia. Dia lebih mementingkan aku
dibandingkan perasaannya sendiri. Padahal kalau dipikirkan pasti sangat sulit
menerima kenyataan bahwa istri yang kau cintai tidak ingat sama sekali tentang
dirimu. Itu pasti menyakitkan.
--THE
END--
8
September 2012