Aku berlari di tempat yang belum pernah aku kenal dengan nafas yang terengah-engah. Gelap, sunyi dan dingin mendekap tubuhku. Aku lihat sekeliling, nyatanya aku tak sendiri, banyak tumpukan mobil tua yang dibiarkan berkarat. Aku tak melihat seorangpun ada di tempat ini. Aku merasa ketakutan, seperti ada yang mengikutiku dari belakang. Aku seperti dikejar oleh sesuatu yang tidak aku kenal. Yang pasti aku benar-benar ketakutan setengah mati. Aku berharap ini hanya mimpi dan aku segera terbangun dari mimpi buruk ini.
Aku mencoba menoleh kebelakang sambil terus berlari. Aku melihat sekilas, dia adalah manusia. Yang mengejarku ternyata adalah seorang manusia. Tapi aku tak bisa melihat wajah orang itu. Dia terlihat seperti membawa senjata berbentuk senapan laras panjang. Tubuhku semakin gemetaran. Apakah orang itu ingin membunuhku? Atau apakah dia malaikat maut yang ingin mengambil nyawaku?
Tempat ini begitu sunyi bahkan derap kakiku dan kaki orang itu terdengar ke seluruh penjuru tempat. Nafasku seperti akan habis. Aku begitu lelah karena terus berlari. Aku seperti berlari sepanjang hari tanpa henti. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk berhenti berlari dan membalikkan badanku menghadap orang yang mengejarku. Orang yang sedari tadi mengejarku, dia berhenti berlari juga. Dia lalu berjalan mendekat padaku. Tempat ini sangat gelap. Aku tak bisa melihat wajah orang itu.
“Siapa kau? Kenapa kau mengejarku? Apakah aku telah berbuat kesalahan padamu?” tanyaku kepada orang itu dengan nada berteriak.
“Michael Stetson,” ucap orang itu padaku.
Dia malah menyebutkan namaku. Ada perasaan yang aneh saat mendengar dia berbicara. Aku seperti mengenal suara orang itu.
“Kenapa kau menyebutkan namaku? Apakah aku mengenalmu? Siapa kau sebenarnya?”
“Kau pasti mengenal aku dengan baik. Aku datang ke sini karena aku ingin membunuhmu. Aku ingin kau merasakan penderitaan akibat dari semua perbuatanmu.”
“Apa salahku padamu?” aku kembali berteriak pada orang itu.
Tiba-tiba saja semua lampu penerangan di tempat kami berdiri menyala berkedip-kedip. Aku memfokuskan mataku untuk melihat wajah orang itu, namun tetap saja wajah orang itu tak bisa kulihat dengan jelas. Kemudian Lampu dibelakangku menyala terang, diikuti lampu-lampu lain yang ikut beruntun menyala semakin mendekat kearahku dan pria itu.
Semua lampu akhirnya menyala dengan terang. Aku pun bisa melihat wajah orang itu. Aku ternganga. Aku terkejut setengah mati. Wajah orang itu benar-benar mirip denganku. Aku seperti melihat diriku di dalam cermin. Aku belum pernah melihat pakaian berwarna perak yang ia kenakan sebelumnya. Bentuknya aneh. Dia berdiri di depanku sambil memegang Senapan laras panjang. Bentuk senapan itu juga terlihat aneh.
“Kau pasti terkejut kan? Aku adalah dirimu di masa depan. Aku ingin membunuhmu agar semua kerusakan yang kau ciptakan di masa depan tidak akan pernah terjadi,” ucap pria itu dengan nada angkuh.
“A..Apa maksudmu?”
Pria itu tak menjawab pertanyaanku. Dia malah mengarahkan senapan laras panjang itu kepadaku dan membidik fokusnya kepadaku. Aku refleks berbalik dan mencoba untuk berlari lagi.
DOOORRRRRR!!!
Terlambat. Dia menarik tuas senapan itu. Peluru senapan itu tepat mengenai punggung kiriku dan menembus jantungku. Menghentikan denyut jantung yang memompa darah keseluruh tubuhku. Darah segar mengalir dari tempat peluru itu bersarang. Aku seperti berhenti bernapas. Rasanya begitu sesak. Di saat-saat terakhir hidupku, aku melihat pria itu perlahan-lahan memudar bagai hologram dan akhirnya menghilang terbawa oleh tiupan angin. Bibirnya tersenyum bahagia padaku. Aku pun menghembuskan nafas terakhirku.
* * *
Copyright © 2011 by Vlad Schevikhov